METODE PENDEKATAN TEKNIK PENGAJARAN BAHASA ASING

A.  Pendahuluan
Adanya gagasan untuk mengetengahkan metode dalam tulisan isi, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dunia pengajaran bahasa, khususnya bahasa arab.
Metode pengajaran bahasa asing untuk pengajaran bahasa arab merupakan ilmu yang baru berkembang kemudian, jauh dibelakang perkembangan metode pengajaran bahasa inggris.
الطريقة اهمَ من المادَة
“metode lebih penting dari subtansi”
Ungkapan diatas merupoakan suatu pernyataan yang patut direnungi karena pada masa lalu ada semacam anggapan yang cukup menyesatkan bahwa penguyasaan materi ilmu merupakan suatu jaminan kemampuan bagi seorang untuk mengajarkan ilmu tersebut kepada siapapun juga.

B.     Isi Pembahasan
1.      Pendekatan, Metode dan Teknik
Ada tiga istilah kategori secara bertingkat dalam melakukan proses pembelajaran bahasa asing. Istilah itu ialah: Pendekatan (madkhal al-tadris/teaching approach),Metode (thariqah al-tadris/teaching method), dan Teknik (uslub al-tadris/theaching technique).
Pendekatan pembelajaran (madkhal al-tadris/teaching approach) adalah tingkat pendirian filosofis mengenai bahasa,belajar, dan mengajar bahasa. Pendekatan ini pada hakikat nya adalah sekumpulan asusmsi tentang proses belajar mengajar yang dalam bentuk pemikiran aksiomatis yang tak perlu diperdebat kan. Dengan kata lain, pendekatan merupakan pendirian filosofis yang selanjutnya menjadi acuan kegiatan belajar dan mengajar bahasa.
Metode pembelajaran (thariqah al-tadris/teaching method) adalah tingkat perencanaan program yang bersifat menyeluruh, yang hubungan nua erat dengan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran secara procedural, tiding saling bertentangan, dan tidak bertentangan dengan pendekatan. Dalam tingkatan ini diadakan pilihan tentang keterampilan-keterampilan khusus mana yang harus diajarkan, materi-materi apa yang harus disampaikan, dan bagaimana urutan nya. Metode adalah langkah-langkah umum tentang penerapan teori-teori yang ada pada pendekatan tertentu
Teknik (uslub al-tadris/theaching technique) lebih bersifat aplikatif, karena itu sering disebut gaya pembelajaran. Teknik merupakan penjabaran praktis atas metode yang digunakan, maka pertanyaan yang berkaitan dengan teknik adalah bagaimana caranya,dan langkah-langkah apa saja dalam menggunakan metode tertentu.
Dari penjelasan diatas, sederhananya dapat dikatakan bahwa pendekatan akan melahirkan metode-metode, dan metode-metode akan melahirkan teknik-teknik.
2.      Metode Pengajaran Bahasa Asing
a.    Metode Kaidah Dan Terjemah
1)   Latar belakang metode kaidah dan terjemah
Selama berabad-abad, sedikit sekali metodologi pengajaran bahasa yang dilandasi teori belajar bahasa. Pada mulanya, di dunia barat, pengajaran bahasa asing di sekolah-sekolah disamakan dengan pengajaran bahasa yunani dan latin, yaitu menggunakan metode klasik (al-thariah ak-kalasikiyyah/classical method) yang memfokuskan diri pada analisa gramatikal, penghapalan kosa kata, penerjemahan wacana, dan latihan menulis.
Pada abad ke 18 dan ke 19 metode klasik dianggap sebagai metode utama dalam mengajarkan bahasa asing, kemudian berubah sebutan menjadi metode kaidan dan terjemah, walaupun konsep dan penggunaan nya berubah, yakni menekankan analisa tata bahasa, penghapalan kosa kata, penerjemahan wacana, dan latihan menulis.
Metode kaidah dan terjemah (thariq ah al-qawaid wa tariqah al-tarjamah atau grammar translation method) sering dijuluki dengan metode tradisional. Sepintas metode ini mengandung kesan “metode kolot”. Boleh jadi demikian, sebab metode ini memang sudah tua, akan tetapi bukanlah masalah tuanya, yang penting dan menarik adalah, bahwa metode kaidah dan terjemah sudah melekat kuat di masyarakat Eropa selama berabad-abad dalam mengajarkan bahasa bahasa asing, sebut saja bahasa Yunani kuno dan Latin. Saat itu banyak sekolah atau universitas yang mengharuskan pelajarnya untuk mempelajari bahasa-bahasa ini, karena dianggap memiliki “nilai pendidikan yang tinggi” dalam mempelajari naskah-naskah klasik. Selain itu karena adanya “disiplin batin” yang dilatih melalui analisis logis bahasa penghapalan kaidah-kaidah bahasa dan pola-pola kalimat yang rumit, dan penerapan kaidah-kaidah dalam bahasa terjemahan. Maka dapat dikatakan bahwa metode ini sudah memberikan andil besar secara turun temurun “mencerdaskan kehidupan bangsa” khususnya dikawasan Eropa. Itulah nampaknya makna julukan tradisional terhadap  metode kaidah dan terjemah
2)      Konsep dasar metode kaidah dan terjemah
 Asumsi yang mendasari metode kaidah dan terjemah adalah suatu logika semesta (al-mathiq al-alami/ubiversal ligic) yang menyatakan bahwa semua bahasa didunia pada dasarnya sama, dan tata bahasa adalah cabang dari logika. Untuk melihat titik kesamaan itu, perlu dilakukan kajian tata bahasa asing yang dipelajari, dan untuk melihat pokok pikiran yang terkandung oleh tulisan bahasa asing yang dipelajari, perlu di adakan kegiatan transformasi  (terjemahan) kosa kata atau kalimat bahasa asing yang di pelajari kedalam kosa kata atau kalimat dalam bahasa pelajar sehari-hari. jadi inti kegiatan belajar bahasa asing ialah menganalisa tata bahasa, menulis kalimat, dan menghapalkan kosa kata sebagai dasar transformasinya kedalam bahasa yang digunakan sehari-hari.
Ada dua pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahas, yaitu
a)      Teori tata bahasa tradisional yang menekankan adanya satu tata bahasa yang semesta (al-qawaid al-alamiyah atau universal grammar). Teori ini melihat bahasa secara preskriptif, artinya bahasa yang baik dan benar adalah menurut para ahli bahasa, bukan yabg digunakan oleh penutur asli yang dilapangan.
b)      Teori tata bahasa struktural yang memandang bahwa struktur bahasa-bahasa didunia tidak sama. Teori ini melihat bahasa secara deskriptif, artinya bahasa yabg baik dan benar adalah yang digunakan oleh penutur asli dilapangan.
Metode ini adalah kaidah, analisa gramatika terhadap wacana, lalu terjemahnya kedalam bahasa yang digunakan sebaigai pengantar pelajaran. Sedangkan perhatian terhadap kemampuan berbicara sangat kecil. Ini berarti bahwa titik tekan metode ini bukan melatih para pelajar agar berkomunikasi secara aktif,melainkan memahami bahasa secara logis yang di dasarkan kepada analisa cermat terhadap aspek kaidah tata bahasa.
Ada dua aspek penting dalam metode kaidah dan terjemah, yaitu kemampuan menguasai kaidah tata bahasa dan kemampuan menerjemah.
3)      Langkah- langkah atau prosedur Penggunaan Metode Kaidah Dan Terjemah
Contoh penerapan metode yang mungkin dilakukan oleh guru bahasa arab adalah sebagai berikut :
a)      Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan abaik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, dll
b)      Guru memberikan pengenalan dan definisi kaidah-kaidah tertentu dalam bahasa arab yang harus di hafalkan sesuai dengan materi yang akan di sajikan.
c)      Jiak ada kosa kata yang dipandang sulit untuk di terjemahkan guru menjelaskan kosa kata  sebelum menginjak kelangkah aplikasi.
d)     Guru memberikan materi teks bahasa arab sebagai materi pokok lalu mengajak para pelajar untuk menerjemahkan kata demi kata , kalimat demi kalimat ataupun paragraph demi paragraph.
e)      Setelah para pelajar selesai mengidendifikasi materi dengan baik, guru member kosa kata untuk dihafalkan dan di terjemahkan. Kata-kata itu lepas dari konteks kalimat.
f)       Sebagai kegiatan akhir, guru memberikan pekerjaan rumah yang berupa persiapan untuk materi pertemuan berikutnya.
4)      Kelebihan dan Kekurangan Metode Kaidah Dan Terjemah
a.      Kelebihan
1)      Para pelajar bisa hapal kosa kata dalam jumlah yang relatif banyak dalam setiap pertemuan.
2)      Para pelajar mahir menerjemahkan dari bahasa asing ke bahasa sehari-hari/ sebaliknya.
3)      Para pelajar bisa hapal kaidah-kaidah bahasa asing yang di sampaikan dalam bahasa sehari-hari.
b.      Kekurangan
1)      Analisa tata bahasa mungkin baik bagi mereka yang merancangnya, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat membingungkan para pelajar karena rumitnya analisis itu,
2)      Terjemahan kata demi kata, kalimat demi kalimat sering mengacaukan makna kalimat dalam konteks yang luas.
3)      Para pelajar mendapat pelajaran dalam satu ragam tertentu sehingga mereka tidak atau kurang mengenal ragam-ragam lainnya yang lebih luas.
4)      Para pelajar menghapalkan kaidah-kaidah bahasa yang disajikan secara preskriptif. Mungkin saja kaidah-kaidah itu tidak berlaku dalam bahasa sehari-hari.
5)      Para pelajar sebetulnya tidak belajar menggunakan bahasa asing yang dipelajari, melainkan membicarakan tentang “bahasa yang baru”.
b.      Metode Langsung
1)      Latar Belakang Metode Langsung
 Metode langsung (al-thariqah al-mubasyirah / direct method) dikembangkan oleh Charlos Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran bahasa di Jerman menjelang abad ke 19. Faktor kemunculannya di latar belakangi oleh penolakan atau ketidak puasan terhadap metode tata bahasa dan terjemah. Pada saat itu memang metode tata bahasa dan terjemah merupakan metode pengajaran bahasa kedua dan asing yang populer. Akan tetapi muncul banyak ketidak puasan dibanyak kalangan sehingga muncullah kritik bahkan penolakan terhadap metode ini.
Meskipun metode langsung merupakan reaksi kuat terhadap metode tata bahasa dan terjemah namun orang telah lebih dulu menggunakannya dalam pengajaran bahasa asing pada abad ke 15. Namun penggunaan metode langsung pada saat itu tidak benar-benar metode langsung. Kelangsungan nya dapat dikatakan tidak murni 100% sebab masih menggunakan bahasa ibu dan kedua. Pada tahun 1920-an beberapa ahli pengajaran yang secara terpisah menggunakan metode langsung secara murni dan sistematis.

2)      Konsep Dasar Metode Langsung
Para pelajar menurut metode ini belajar bahasa asing dengan cara menyimak dan berbicara, sedangkan membaca dan mengarang dapat dikembangkan kemudian. Sebab menyimak dan berbicara merupakan inti bahasa. Oleh karna itu mereka harus dibiasakan berpikir dengan bahasa asing.
Metode langsung bertujuan agar para pelajar mampu berkomunikasi dengan bahasa asing yang dipelajarinya. Untuk mencapai kemampuan ini, para pelajar harus banyak diberi latihan secara intensif.latihan-latihan ini diberikan asosiasi langsung antara kata-kata atau kalimat-kalimat dengan maknanya, melalui demontrasi atau peragaan, gerakan, mimik muka, dll.
3)      Pembagian Metode Langsung
Ada tiga metode yang merupakan bagian berkesinambungan dalam metode langsung. Yaitu:
a)      Metode psikologi (al-thariqah al-sikulujiyyah/pcychological method). Disebut metode psikologi karena proses pembelajarannya didasarkan atas pengamatan perkembangan mentaldan asosiasi pikiran.
b)      Metode Fonetik (al-thariqah al-shautiyyah/phonetic method). Metode ini juga dikenal sebagai metode ucapan (al-thariqah al-nuthqiyyah/oral method). Disebut metode fonetik karena materi pelajaran ditulis dalam notasi fonetik bukan ejaan yang lazim digunakan.
c)      Metode Alamiyah (al-thariqah at-thabi’iyyah/natural method). Metode ini merupakan kelanjutan dari metode fonetik. Metode alamiyah juga disebut metode kebiasaan (al-thariqah al-‘adiyyah/customary method)

4)      Langkah-Langkah atau prosedur penggunaan metode langsung
a)      Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan, baik serupa appersepsi atau tes awal tentang materi, dll.
b)      Guru memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rilek. Dengan bahasa yang biasa nya digunakan sehari-hari secara berulang- ulang
c)      Pelajar diarah kan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut lalu menirukan nya sampai lancer.
d)     Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-temannya secara bergiliran.
e)      Struktur atau tata bahasa yang diberikan bukan dengan menganalisa nahwu, melainkan dengan member contoh-contoh secara lisan yang sedapat mungkin menarik perhatian pelajar untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan sendiri
f)       Sebagai penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertanyaan dialog yang harus dijawab oleh pelajar sebagaimana pola-polanya.

5)      Kelebihan dan Kekurangan Metode Langsung
a)   Kelebihan :
1)   Dengan kedisiplinan mendengarkan dan menggunakan pola-pola dialog secara teratur para pelajar bisa trampil dalam menyimak dan berbicara, sebab prioritas utamanya memang menyimak dan membaca
2)   Dengan banyaknya peragaan demontrasi, gerakan, penggunaan gambar, bahkan belajar dialam nyata para pelajar bisa mengetahui banyak kosa kata.
3)   Dengan banyak latihan pengucapan secara ketat dalam bimbingan guru, para pelajar bisa meiliki lafal yang relatif lebih mendekati penutur asli
4)   Para pelajar mendapat banyak latihan dalam bercakap-cakap, khusunya mengenai topik-topik yang sudah dilatih dalam kelas. Hal ini dapat membantu mereka dalam menganalogikan pola-pola percakapan dan topik-topik lain.
b)   Kekurangan
1)   Metode ini memiliki prinsip-prinsip yang mungkin dapat diterima oleh sekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya tidak banyak, maka dimungkinkan akan mendapat kan kesulitan jika diterapkan disekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya banyak
2)   Metode ini menuntut para guru untuk mempunyai kelancaran berbicara seperti penutur asli.
3)   Metode ini mengandalkan keahlian guru dalam menyajikan materi, buku-buku teks yang baik.
4)   Kesalahan penafsiran makna dalam bahasa asing bisa terjadi, kesalahan yang keluar dari guru akan sulit diketahui dibandingkan dengan kesalahan yang keluar dari pelajar,sebab jika pelajar melakukan kesalahan dalam pola-pola tertentu dapat segera dideteksi.

c.       Metode Audiolingual
1)   Latar Belakang Metode Audiolingual
Metode audiolingual (al-thariqah al-sam’iyyah al syafawiyyah/audiolingual method). Mula-mula muncul di Amerika Serikat (AS).
Kelahiran nya tidak terlepas dari konteks sosial politik Negara itu, yaitu ketika terjadinya pergolakan perang dunia II. Saat itu AS mengalami kekalahan dalam peperangan, maka untuk kepentingan penggalangan kekuatan baru, ia sangat membutuhkan personalia yang lancer bahasa asing (yang nantinya dapat ditempatkan di Prancis, Belanda, Cina dan Negara-negara jajahannya) yang mampu bekerja sebagai penerjemah.
 Oleh karena tujuan ini bukan hal yang lazim di AS pada waktu itu, maka diperlukan pendekatan dan metode yang “lain dari pada yang lain”, maka muncul lah metode yang dikenal dengan army method. Pada awalnya metode ini ditunjukan dikalangan militer,tetapi selanjutnya digunakan juga untuk umum.
Metode ini pada dasarnya mengintensifkan prinsip-prinsip pada direct method atau metode langsung yang dikembangkan oleh Carles Berlitz di Jerman menjelang abad ke-19. Metode ini mencoba menstimulasikan cara pelajar berbicara bahasa asing secara langsung dan intensif dalam berkomunikasi. Melihat adanya peningkatan kebutuhan akan penguasaan bahasa asing secara cepat, maka para pengajar bahasa asing memandang perlunya metode yang lebih berhasil, maka tahun 1990-an muncul lah Metode Audiolingual. Sejak itulah metode ini sangat populer.
2)   Konsep Dasar Metode Audiolingual
Ada dua pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa, sebagaimana yang kita ketahui yaitu teori tata bahasa tradisona, dan struktural. Keduanya memiliki pandangan yang saling berbeda dalam hal tata bahasa. Teori tradisional meyakini adanya tata bahasa yang semesta, sedangkan teori structural meyakini bahwa struktur bahasa-bahasa didunia tidak sama.
Metode audiolingual adalah metode mendasarkan diri kepada pendekata struktural dalam pengajaran bahasa. Sebagai implikasinya, metode ini menekankan penela’ahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari dengan memulainya dari system bunyi (fonologi), kemudian system pembentukan kata (morfologi), dan system pembentukan kalimat (sintaksis). Karena menyangkut struktur bahasa secara keseluruhan, maka dalam hal ini juga ditekankan system tekanan,nada dll.
Bahasa adalah ujaran, bukan tulisan. Bahasa terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan, yang harus di pelajari adalah bahasa, bukan tentang bahasa, bahasa bukan untuk dibicarakan, tapi untuk digunakan, semua bahasa didunia memiliki perbedaan.
Selain itu, urutan keterampilan berbahasa  yang harus diajarkan yaitu mendengarkan,berbicara, membaca dan menulis. Konsep ini mengandung arti bahwa :
a)      Dasar berbahasa adalah percakapan, sedangkan tulisan adalah bagian dari percakapan.maka materi yang perlu diprioritaskan dalam pengajaran bahasa asing adalah memahami pembicaraan dan berbicara, setelah itu baru aspek lain.
b)      Cara yang tepat untuk mengajarkan bahasa asing  adalah membentuk kebiasaan berbahasa.
c)      Materi yang harus dipelajari adalah bahasa asing, bukan materi mengenai bahasa.
3)   langkah-langkah atau prosedur penggunaan metode audiolingual
Arti  metode ini, yaitu mendengarkan dan berbicara. Maka dalam aplikasinya lebih menekan dua aspek ini sebelum kepada dua aspek lainnya (membaca dan menulis). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aplikasi metode ini, yaitu:
a)    pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca, dan akhirnya menulis;
b)   tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik situasi sehari-hari;
c)    latihan (al-tadribat) yang harus mengikuti operant-conditioning seperti yang telah dijelaskan
d)   semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah hingga ke yang sukar atau bertahap (graded exercise/tadarruj/al-tadrib)
e)    kemungkinan-kemungkinan untuk membuat kesalahan dalam memberi respon harus dihindarkan, sebab penguatan positif dianggap lebih efektif daripada penguatan negatif atau yang disebut “penghindaran kesalahan”.
Terlihat bahwa metode audiolingual pada dasarnya tidak hanya menekankan latihan dan pembiasaan para pelajar untuk membentuk kecakapan berbahasa, tetapi juga kecermatan pengajar dalam membimbing mereka sangat diperhatikan. Oleh sebab itu seorang pengajar harus benar-benar menguasai prinsip-prinsip itu.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan langkah-langkah yang dapat digunakan para pengajar:
a)      pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
b)      Penyajian dialog atau bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali, sedangkan pelajar menyimak tanpa melihat pada teksnya.
c)      Meniru ulang dan menghapal dialog atau bacaan pendek, dengan tehnik meniru setiap kalimat secara serentak dan menghapalkannya. Di dalam pengajaran bahasa, tehnik ini dikenal dengan tehnik “peniruan-penghapalan” (mimicry-memorization tecnique / uslub al-mukahah wal-hifzh).
d)     Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan yang dianggap sulit.
e)      Dramatisasi dari dialog atau bacaan yang sudah dilatih. Pelajar yang sudah dapat menghapal akan disuruh mempergunakannya di depan kelas.
f)       Pembentukkan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang telah diajarkan.
g)      Penutupan (jika diperlukan), dengan memberikan tugas individu atau tugas kelompok. Dalam hal ini pelajar disuruh berlatih kembali dalam menggunakan pola-pola yang telah diajarkan di sekolah.
4)   Kelebihan dan kekurangan metode audiolingual
a.    Kelebihan metode audiolingual
1)   Pelajar menjadi terampil dalam pembuatan pola-pola kalimat yang sudah dilatih;
2)   Pelajar mempunyai lafal yang baik atau benar;
3)   Pelajar tidak tinggal diam dalam dialog tetapi harus terus menerus memberi respon pada stimulasi yang diberikan oleh pengajar.
b.   Kekurangan metode audiolingual
1)   Pelajar cenderung untuk memberi respon secara serentak seperti “membeo”, dan sering tidak mengetahui makna yang diucapkannya.
2)   Pelajar tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat yang dilatih berdasarkan konteks. Akibatnya pelajar hanya menguasai satu makna dari suatu kalimat, dan komunikasi hanya dapat lancar apabila kalimat-kalimat yang digunakan diambil dari kalimat-kalimat yang sudah diajarkan, bahkan pengajaran struktur kalimat lebih menekan aspek reseptif.
3)   Pelajar tidak berperan aktif tetapi hanya memberikan respon pada ransangan yang diberikan guru. Jadi gurulah yang menentukan semua latihan dan materi pelajaran di kelas. Penguasaan kegiatan dalam kelas ini dapat disebut “dikuasai sepenuhnya oleh guru”.
4)   Metode ini beranggapan bahwa jika pada tahap awal para pelajar tidak atau belum mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal yang meresahkan. Selanjutnya dengan menyimak apa yang dikatakan oleh guru, memberi respon dengan benar, dan mengerjakan semua tugas tanpa salah, pelajar sudah dianggap belajar bahasa dengan tujuan yang benar. Jika dianalisa anggapan ini kurang dapat diterima, sebab meniru tanpa mengetahui makna adalah suatu aktivitas sia-sia. Kecuali, hapalan pola-pola kalimat dengan ucapan yang baik dan benar belum berarti bahwa pelajar dengan sendirinya akan mampu berkomunikasi dengan wajar. Oleh sebab itu diperlukan bimbingan intensif dalam mencapai kemampuan komunikasi ini.
d.      Metode Membaca
1)   Latar belakang metode membaca
Di awal abad ke-20, penggunaan metode lansung di sekolah-sekolah menengah di kawasan eropa mulai berkurang. Metode yang muncul pada waktu itu pengguanaan metode lansung yang telah mengalami revisi. Usaha revisi ini menghasilkan versi-versi yang menyatukan tehnik-tehnik metode langsung dengan aktivitas-aktivitas terpimpin berdasarkan ketatabahasaan. Popularitas versi tertentu pada itu memberi inspirasi kepada para ahli linguistik terapan di Amerika Serikat (AS) untuk mencoba mengembangkan satu versi yang resmi di sekolah-sekolah menengah di negeri itu.
Banyak penelitian mengenai situasi pengajaran bahasa asing di AS pada saat itu menyimpulkan bahwa tidak ada satu metode pun yang mampu menjamin hasil yang memuaskan. Tujuan pengajaran bahasa asing yang menekankan keterampilan berbicara, sebagaimana dimaksudkan oleh metode lansung, dianggap kurang memuaskan hasilnya, karena waktu yang disediakan untuk bahasa asing bagi para pelajar hanya sedikit. Maka dianjurkan bahwa tujuan pengajaran bahasa asing yang realistis adalah tercapainya keterampilan membaca, maka perlu digunakan metode membaca (thariqah al-qira’ah / reading method)
Di luar AS pada tahun 1929-an metode membaca mulai digunakan. Tujuannya antara lain untuk memberikan pelajar kemampuan untuk memahami teks ilmiah yang mereka perlukan dalam studi mereka.
2)    Konsep dasar metode membaca
Salah satu kegiatan penting untuk memperoleh informasi adalah membaca, mulai dari membaca nyaring sampai pada pemahaman. Bahasa adalah sarana dalam menyampaikan informasi. Satuan bahasa yang terkecil adalah kosa kata, dan setiap makna kosa kata akan menentukan makna kalimat, makna kosa kata merupakan unsur yang sangat menentukan bahasa. Oleh sebab itu kosa kata adalah salah satu komponen pengajaran bahasa yang penting.
Mengajarkan bahasa sebagai bahasa asing berarti melatih para pelajar untuk memahami pokok pikiran atau gasasan yang terkandung di dalam teks-teks bahasa asing yang dipelajari. Sementara itu mengajarkan bahasa harus dimulai dari unsur-unsur terkecil, yaitu kosa kata. Dengan dapat memahami kosa kata maka pelajar akan mampu memahami kalimat sampai kepada paragraf, hingga dapat memahami bahasa secara keseluruhan.
Metode membaca ini selain menekankan kemampuan membaca diam (al-qira’ah al-shamithah / silent reading) untuk pemahaman, juga menekankan pentingnya kemampuan pengucapan yang benar, sehingga membaca secara nyaring (al-qari’ah al-jahriyah / oral reading) merupakan kegiatan yang banyak diajarkan. Kemampuan ini dipandang dapat membantu para pelajar dalam pengungkapan lisan. Sedangkan penguasaan kaidah-kaidah kalimat merupakan kemampuan yang dikembangkan selanjutnya jika hal itu dipandang diperlukan oleh pembaca dalam membaca.
Tujuan utama metode ini adalah menanamkan kemampuan membaca teks-teks bahasa asing dengan mudah tanpa harus menerjemahkan baik secara lisan maupun tulisan ke dalam bahasa pelajar, tetapi langsung mencerna isi yang terkandung oleh teks bahasa asing.
Dasar metode membaca adalah penguasaan bahasa asing dengan memulainya dari penguasaan unsur bahasa yang terkecil, yaitu kosa kata, yang didahului oleh latihan pengucapan yang benar, lalu pemahaman. Penguasaan unsur bahasa yang terkecil akan menentukan penguasaan bahasa secara keseluruhan. Sedangkan pengucapan kata dan pelafalan kalimat yang baik dan benar merupakan modal dasar membaca yang baik dan benar.
3)   Langkah-langkah atau prosedur penggunaan metode membaca
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam menggunakan metode membaca adalah sebagai berikut:
a.    Pendahuluan, berisi tentang materi yang akan disajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
b.    Memberi kosa kata dan istilah yang dianggap sukar. Ini diberikan dengan definisi-definisi dan contoh-contoh dalam kalimat.
c.    Menyajikan teks bacaan tertentu. Teks ini dibaca secara diam selama 10-15 menit atau disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia.
d.   Diskusi mengenai isi bacaan, dapat berupa dialog dengan bahasa pelajar.
e.    Menjelaskan tentang tata bahasa secara singkat jika diperlukan untuk membantu pemahaman pelajar tentang isi bacaan.
f.     Memberikan tugas kepada para pelajar di akhir pertemuan tentang isi bacaan, misalnya membuat rangkuman isi bacaan dengan bahasa pelajar, atau membuat komentar tentang isi bacaan, atau mengisi soal esay tentang isi bacaan yang dibuat oleh guru terlebih dahulu.
4)   Kelebihan dan kekurangan metode membaca
a.    Kelebihan metode membaca
1)   Memberikan kemampuan membaca yang baik kepada para pelajar bahasa asing, baik membaca dengan nyaring yang melibatkan pengucapan maupun membaca pemahaman.
2)   Membaca yang baik adalah komunikasi pembaca dengan bahan bacaan. Komunikasi ini adalah modal untuk memahami isi  bacaan dengan baik.
3)   Kemampuan membaca yang tinggi memudahkan pembaca untuk memahami bahasa asing yang dipelajari. Pemahaman budaya bahasa asing yang dipelajari adalah salah satu syarat non-linguistik yang perlu dimiliki oleh setiap pelajar bahasa asing.
b.    Kekurangan metode membaca
1)   Metode membaca mungkin cocok diberikan kepada pelajar yang gemar membaca, tetapi kurang cocok bagi mereka yang tidak gemar membaca. Bisa jadi pelajar yang tidak gemar membaca akan mengalami kejenuhan belajar.
2)   Terlalu menekankan perhatian kepada kemampuan membaca dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan pelajar berkomunikasi secara lisan dengan bahasa asing yang dipelajari. Dalam dunia pendidikan modern, cara mengembangkan ilmu bukan hanya membaca, ada cara lain yang tidak kalah penting yaitu berdialog atau berdiskusi secara lisan.
3)   Membaca yang cepat kadang-kadang hanya memperhatikan aspek kuantitas, sedangkan aspek kualitas diabaikan. Ini mengakibatkan pemahaman tidak mendalam terhadap suatu persoalan dalam bacaan.
e.       Metode Gabungan
1)   Latar belakang metode gabungan
Metode gabungan di sini tentu saja bukan menggabungkan semua metode  yang ada sekaligus, melainkan bersifat “tambal sulam”, artinya suatu metode tertentu dipandang dapat mengatasi kekurangan metode yang lain. Walaupun setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, namun tidak berarti semuanya dapat digabungkan sekaligus, sebab menggabungkan di sini sesuai kebutuhan atas dasar pertimbangan tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, kemampuan pelajar, bahkan kondisi guru.
Metode gabungan ini memanfaatkan kelebihan metode tertentu untuk mengatasi metode tertentu. Metode ini muncul merupakan kreatifitas para pengajar bahasa asing untuk mengefektifkan proses belajar mengajar bahasa asing. Metode ini juga memberikan kebebasan kepada mereka untuk menciptakan vareasi metode.


2)   Konsep dasar metode gabungan
Ada enam hal yang menjadi konsep dasar metode gabungan:
a.    Setiap metode pengajaran bahasa asing memiliki kelebihan.
b.   Tidak ada metode yang sempurna, dan juga tidak ada metode yang jelek, tetapi semuanya memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan metode tertentu bisa jadi dapat mengatasi kelemahan metode tertentu.
c.    Setiap metode memiliki latar belakang, karakteristik, dasar pikiran, dan peruntukan yang berbeda, bahkan bisa jadi suatu metode muncul karena menolak metode sebelumnya. Jika metode-metode tersebut digabungkan, maka akan menjadi sebuah kaloborasi yang saling menyempurnakan.
d.   Tidak ada satu metode pun yang sesuai dengan semua tujuan, semua siswa, semua guru, dan semua program pengajaran bahasa asing.
e.    Hal yang penting dalam mengajar adalah memberi perhatian  kepada para pelajar dan kebutuhannya, bukan menguasai metode tanpa didasarkan kepada para pelajar dan kebutuhannya.
f.     Setiap guru bahasa asing diberi kebebasan untuk menggunakan langkah-langkah atau tehnik-tehnik dalam menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan para pelajarnya dan sesuai dengan kemampuannya.
3)   Langkah-langkah penggunaan metode gabungan
Pada metode ini langkah-langkah yang bisa digunakan oleh guru lebih fleksibel:
a.    Memberikan pendahuluan, sama seperti metode-metode yang lain.
b.    Memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang ringan, seperti memberikan materi dengan tema kegiatan sehari-hari secara berulang-ulang. Materi ini mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat, dramatisasi, atau gambar-gambar.
c.    Para pelajar diarahkan untuk menyimak dialog-dialog tersebut, lalu menirukan dialog-dialog tersebut sampai lancar.
d.   Membimbing para pelajar menerapkan dialog-dialog itu dengan teman-temannya secara bergiliran hingga lancar.
e.    Memberikan contoh cara membaca yang baik dan benar, diikuti oleh para pelajar secara berulang-ulang.
f.     Guru menerjemahkan kosa kata yang sulit dengan isyarat, atau gerakan, atau gambar, atau menerjemahkannya ke dalam bahasa pelajar secara langsung.
g.    Mengenalkan beberapa struktur yang penting dalam teks bacaan dan membahas seperlunya.
h.    Mengarahkan pelajar untuk menelaah bacaan, lalu mendiskusikan isi bacaan.
i.      Penutup dengan mengevaluasi akhir berupa pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan yang telah dibahas. Evaluasi dapat dilakukan secara individual atau kelompok. Guru juga dapat memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah masing-masing.
4)   Kelebihan dan kekurangan metode gabungan
a.    Kelebihan metode gabungan
1.    Kegiatan belajar mengajar lebih bervaritif
2.    Kemampuan pelajar dalam menggunakan bahasa asing dipandang lebih merata
b.    Kekurangan metode gabungan
1)   Penggunaan metode ini menuntut guru yang multi-talenta dan energik. Akan tetapi, tidak semua guru sanggup melakukan serangkaian kegiatan belajar yang begitu banyak dan bervariatif.
2)   Kegiatan belajar yang terlalu banyak malah dapat menimbulkan kejenuhan belajar pada pelajar. Apalagi materi dibawakan secara monoton.
3)   Waktu yang diperlukan juga relatif lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan metode yang lain, padahal umumnya alokasi waktu pelajaran bahasa arab di sekolah-sekolah di Indonesia terbatas, kecuali di sekolah-sekolah tertentu yang memberikan perhatian lebih kepada bidang bahasa arab.

C.     Penutup
Pembelajaran Bahasa Arab dapat memberikan efek yang mendalam dan pengalaman belajar yang baik kepada peserta didik dengan melalui proses yang baik. Proses yang baik diawali dengan desain dan prosedur yang baik pula. Pembelajaran Bahasa Arab yang didesain dengan pendekatan yang menarik akan memberikan nuansa yang berbeda kepada peserta didik.



Comments

Popular posts from this blog

Contoh Soal Fiqih - BAB Diat

MAKALAH LENGKAP - SYADUZ DZARI’AH - DILALAH AL- IQTIRAN

MAKALH LENGKAP USHUL FIQIH- AMAR DAN NAHI- ‘AM DAN KHAS - MUTLAQ DAN MUQAYYAD - MANTUQ DAN MAFHUM - MUJMAL DAN MUBAYYAN - MURADIF DAN MUSYTARAK - NASIKH DAN MANSUKH