ASAS-ASAS MENYUSUN BUKU AJAR (MATERI BAHASA ARAB)


A.    PENDAHULUAN

 Bahan ajar adalah materi yang harus dipelajari siswasebangai sarana untk mencapai standart kompetensi dan kompetensi dasar (depdiknas 2003) materi pembelajaran adalah pengetahuan ketarampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa untuk menjampai standart kompetensi dan kompetensi dasar ada beberapa jenis itu adalah fakta konsep prinsip dan proseur dan sikap atau nilai
Bahasa Arab yang kita kenal merupakan bahasa budaya, hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena pada umumnya bahasa Arab hanya digunakan oleh mereka yang berkultur komunikasi Timur Tengah pada umumnya. Hanya saja ketika bahasa Arab difahami sebagai bahasa agama sering kali menimbulkan permasalahan yang kursial. Masalah, tetapi juga bagaimana mengajarkan kemampuan berbahasa Arab kepada pemeluk agama Islam terutama di sekolah yaitu para siswa.
Oleh sebab itu pengembangan bahan ajar termasuk salah satunya yaitu pembuatan  buku ajar harus memperhatikan landasan atau asas-asas penyusunannya, hal ini penting dilakukan agar buku ajar yang dihasilkan dapat menjadi bahan rujukan yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa yang menggunakannya. Untuk lebih memahami isi makalah ini maka akan dijelaskan pengertian dari asas-asas pengembangan bahan ajar dan pembagian asas-asasnya pada bagian selanjutnya.
Di sini yang akan dijelaskan hanya pengertian dari pengembangan, yaitu berasal dari kata dasar kembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuan pe- dan –an sehingga menjadi pengembangan yang artinya proses, cara atau perbuatan  mengembangkan. Jadi pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih sempurna dari pada sebelumnya.
Sedangkan  menurut Prof. Dr. H. M. Arifin, M. Ed berpendapat bahwa pengembangan bila dikaitkan dengan pendidikan berarti suatu proses perubahan secara bertahap kearah tingkat yang berkecenderungan lebih tinggi, meluas, danmendalam yang secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan ataukematangan.
Jadi menurut hemat saya asas-asas pengembangan bahan ajar adalah dasar-dasar yang diadakan secara bertahap, meluas dan mendalam dalam menciptakan alat-alat/perangkat belajar agar terciptanya suatu kesempurnaan pada perangkat tersebut.

B.     PEMBAHASAN

Asas-Asas Menyusun Buku Ajar
 Pendidikan modern sangat peduli terhadap buku ajar dan pengadaan nya berdasarkan asas-asas yang sesuai dengan teori-teori pendidikan yang modern pula. Yang tidak kalah penting dan menjadi perhatian adalah menentukan asa-asas tersebut dn konsistennya ketika menyusun dan menggunakan buku ajar dimaksud
Pada kenyataan nya perbedaan antara buku ajar menurut perspektif teori pendidikan modern dengan buku ajr perspektif pemahaman konvensional,bukan saja pada tempat, urgensi, dan peranannya semata, namun berbeda pula dalam asas yang mendasarinya, tingkat kesadaran terhadap eksistensinya, dan sejauh mana asas-asas tersebut dapat dimanfaatkan secara sadar dan yakin dalam proses penyusunan dan penggunaannya.
Dari sini, merupakan suatu keharusan bagi penyusun dan penulis buku ajar untuk pengajaran Bahasa Arab bagi non-Arab untuk memperhatikan asas-asas berikut :
Asas budaya dan sosial
Asas psikologi
Asas bahasa dan pendidikan
1.      Asas budaya dan sosial (Al-Asâs al-Ijtimâ’i-Al-Tsaqâfî)
Berbicara mengenai aspek budaya sebagai salah satu pilar pendidikan, khususnya dalam mempersiapkan materi pembelajaran Bahasa Arab bagi non-Arab, maka beberapa point penting berikut akab menjadi pembahasan kedepannya.
-        Definisi budaya
-        Ciri-ciri budaya
-        Korelasi budaya dengan pembelajaran bahasa Arab bagi non-Arab
-        Hal-hal yang menjadi perhatian ketika mempersiapkan aspek budaya sebagai salah satu pilar menyusun buku ajar Bahasa Arab bagi non-Arab.

a.      Defininisi Budaya
 Ketika kita akan membicarakna aspek sosio-kultural sebagai salah satu asas penyusunan buku ajar bahasa Arab, maka poin-poin penting sebagai pokok bahasannya meliputi; pengertian kebudayaan secara umum dan kebudayaan Islam secara khusus, karakteristik kebudayaan, dan hubungan kebudayaan dengan pengembangan bahan ajar (bahasa Arab).
Budaya adalah pemikiran, tuntunan hidup, keyakinan, ideology, adat kebiasaan yang ditentukan dalam suatu komunitas masyarakat, dengan kata lain, budaya adalah segala hasil kreasi manusia berupa hasil olah tenaga dan pikiran. Prancis Abdunnur berkata : “ Budaya suatu bangsa berarti semua hasil pikiran, lembaga,aturan sosial, serta adat istiadat yang diolah manusia sendiri, tanpa budaya, manusia hanya makhluk biologis semata menjalani hidup seperti hewan lainnya”.
Budaya dengan pengertian ini berbeda antara satu komunitas masyarakat dengan komunitas lainya, karena setiap masyarakat memiliki tujuan, ideology, keyakinan dan adt kebiasaannya sendiri, dengan demikian, maka budaya akan berbeda dengan berbedanya komunitas masyarakat.
Adapun yang dimaksud dengan budaya islam adalah : keyakinan, pemahaman, prinsip, nilai, dan bentuk-bentuk perilaku yang diakui Islam yang terefleksikan di dalam Al-qur’an dan Hadist Nabi. Dengan demikian, budaya Islam terbatas pada komunitas/ masyarakat Iskam, terlepas kapan, dan dimanapun mereka berada.
Dan budaya lain, di luar budaya islam akan berbeda dengan perbedaan komunitas masyarakat nya, bahkan suatu budaya dapat berbeda dalam satu komunitas masyarakat itu sendiri kedalam kategori khusus dan umum.
Yang dimaksud dengan kategori umum adalah kadar kesamaan yang terdapat pada individu-individu dalam satu masyarakat, seperti kebiasaan dan tata cara makan, bahasa komunikasi, cara bertegur sapa, cara berpakaian, dan seterusnya.
Dan budaya dalam arti khusus adalah unsur-unsur budaya yang mengikat kelompok, satuan, atau komunitas dalam satu masyarakat tertentu, seperti komunitas hakim, para diplomat,para dosen di perguruan tinggi, dan lain-lain.
Dengan demikian, berarti tidak ada yang paham dan tau secara persis dan rinci mengenai tata laku, kebiasaan, tidak ada yang menjalankannya kecuali terbatas pada anggota komunitas itu sendiri, ini yang dinamakan budaya lingkungan profesi.
Ada juga kekhasan budaya berkaitan dengan strata sosial, bagi strata sosial atas akan berbeda adat dan kebiasaan mereka bila disbanding dengan komunitas masyarakat dengan strata sosial kelas bawah. Contoh : masyarakat strata sosial atas sangat menjunjung tata nilai pergaulan, atau apa yang mereka sebut “Etika”, yang hanya menerima jenis-jenis makanan tertentu saja.
Hal-hal seperti ini hendak nya tercermin melalui cakupan materi buku ajar, tidak terbatas pada satu budaya tertentu dan mengabaikan yang lainnya, dalam arti ketika menyusun buku ajar, penulis tidak berhenti pada kategori budaya umum semata, dan mengabaikan kategori khusus, namun hendaknya ada keseimbangan konten atau cakupan antar yang umum dan yang khusus.

b.      Ciri-ciri Budaya
1.      Dapat dipelajari
 Dengan kata lain bahwa ketika seorang mendatangi satu komunitas masyarakat, dia dapat mempelajari dan berinteraksi dengan anggota masyarakatnya. Seseorang dilahirkan tanpa membawa budaya, tidak memiliki ide ataupun pendapat mengenai adat kebiasaan atau budaya masyarakatnya, namun setelah besar dan matang sebagai manusia dewasa, dia bisa mempelajiari adat kebiasaan, ideologi dan kepercayaan mereka, dan ini tidak terjadi kecuali setelah lama hidup dan berinteraksi. Ini juga bukan berarti bahwa seseorang ketika tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakatnya, berbudaya dengan budaya mereka,lalu tidak bisa keluar dari budaya dan masyarakatnya ? Tidak !. sangat mungkin seseorang tumbuh dalam masyarakat tertentu, namun juga memperoleh budaya masyarakat lain melalui interaaksi dan pergaulan dengan masyarakat diluar komunitasnya sendiri.dengan demikian, budaya dapat dipelajari melalui interaksi dan bergaul dengan komunitas masyarakatnya.

2.      Ciri Khas Manusia
 Manusia berbeda dengan makhluk lainya dengan akal dan pikiran.dengan perangkat ini, manusia bisa keluar dari kesulitan dan kendala yang merintangi hidupnya, “sebagaimana pula manusia dapat menemukan bahasanya sendiri,menggunakan lambing, dan banyak menggunakan media atau alat komunikasi. Kelebihan ini didapat kan dengan mempelajari berbagai pengalamann orang-orang yang hidup sebelumnya di semua aspek kehidupan mereka”.
Ketika merancang buku ajar, seharusnya memperhatikan kekhasan tersebut. Dengan kata lain, peserta didik di arahkan kepada bagaimana meningkatkan kemampuan akal mereka, dengan memberikan metode atau cara yang dapat membantu meningkatkan cara piker yang sehat, memilih berbagai bahan abcaan yang tepat, memperbanyak latihan yang dapat memotivasi dan mendorong mereka berfikir dan menemukan solusi yang diinginkan.

3.      Berubah Secara Simultan
Telah dimaklumi, bahwa tidak mungkin dan tidak ada satu komunitas masyarakat terkurung terus-terusan dalam satu budaya yang telah mereka peroleh sejak lama, jika demikian, maka mereka akan dicap sebagai masyarakat statis dan kuno, yang tidak mampu berjalan bersama perkembangan zaman dan kemajuan, untuk itu, mereka harus memastikan diri dapat berubah dan berkembang agar ksistensinya bisa dijamin, karena itu “semestinya budaya berubah dan beradaptasi dengan kekuatan diluar dirinya”.

c.       Korelasi Budaya dengan Pembelajaran Bahasa Arab Bagi non-Arab

 Tidak perlu lagi membicarakan dan menjelaskan korelasi antara bahasa dan budaya. Bahasa adalah salah satu unsur asasi bagi kebudayaan, kita berbicara dan mengungkapkan budaya dengan menggunakan bahasa, dan tidak mungkin berbicara dengan menggunakan bahasa tanpa kehadiran budaya, karena bahasa adalah wadah kebudayaan, bahasa adalah media pertama untuk berbicara mengenai budaya.
Dari sini jelaslah hubungan tak terpisahkan antar bahasa dan budaya. Adapun hubungan budaya dengan pengajaran bahasa (Arab) bagi non-Arab adalah bahwa memahami budaya masyarakat islam merupakan bagian asasi mempelajari bahasa (agama) mereka. Karna itu dikatakan bahwa : orang yang belajar bahasa asing, jika ingin benar-benar menguasainya, memhami dan mengerti secara baik kebudayaan penutur bahasa yang ingin dipelajarinya agar terhindar dari kesalahan fatal yang membahayakan. Dari itu, belajar bahasa asing berarti belajar budaya penutur aslinya.
Jika hal ini belaku universal pada semua bahasa dan budaya, maka terlebih lagi dengan basa Arab dan budayanya, dimana bahasa Arab dan budaya Arab merupakan sekeping mata uang yang tak bisa dipisahkan. Sulit bagi pelajar Bahasa Arab yang mempelajarinya sebagai bahasa asing untuk memahaminya secara detail, atau mempergunakan secara cermat, jika hanya sebatas bahasa dan tanpa memahami korelasi-korelasi lain dalam bentuk pemahaman terhadap kebudayaannya.
Seorang yang mempelajari bahasa asing tertentu tidak akan dapat memahaminya dengan baik tanpa memahami kebudayaan masyarakatnya, bahasa Arab misalnya, seorang yang mempelajari bahasa Arab tanpa memahami sosio-kultural Arab, maka dia tidak dapat memahaminya dengan sempurna, karena itu, ada ungkapan bahwa “al-lughah wi’â al-tsaqâfah” Bahasa adalah bejana kebudayaan.
Untuk memahami mufrâdat dengan pemahaman yang baik dan cermat, tidak cukup dengan bantuan kamus saja, tetapi kebudayaan juga mempunyai peran yang cukup penting. Kosakata ‘Qomar al-din’ misalnya, jika dilihat di dalam kamus, maka terdiri dari dua kata yaitu ‘qomar’ (bulan) dan ‘al-din’ (agama) sehingga dapat diartikan ‘bulan agama’. Bahkan disebagian orang Indonesia ada juga yang diberi nama “Qomaruddin” dengan harapan kelak seseorang tersebut menjadi penerang bagi kehidupan beragama laksana bulan yang menerangi kegelapan malam. Namun arti yang sebenarnya dari “Qomar al-din” di Saudi Arabia adalah nama sebuah kue seperti dodol yang dijual bebas di supermarket. Lebih jauh bagaimana mungkin syi’ir Arab dapat dipahami dengan cermat dan mendalam, jika tidak dikaitkan dengan konteks sosio-kultural dimana syi’ir itu diciptakan dan seterusnya.
Artinya, pelajar Bahasa Arab tidak akan bisa memahami makna kosa kata dan susunan kalimatnya tanpa memahami budaya masyarakat Arab Muslim sebagai penutur asli. Bagaimana seorang pelajar Arab akan bisa memahami syair-syairnya tanpa memahami ranah dan ruang lingkup sosial budaya yang digambarkan atau tercermin dalam bait-bait syair mereka ?
Dari itu, bahasa arab memperkenalkan budaya masyarakat Arab Muslim kepada pembelajarannya. Bahasa yang member pola/ciri pada masyarakat penuturnya dengan pola yang khasyang akan dilihat sebagai sesuatu yang unik dan berbeda bagi masyarakat diluar komunitas mereka. Orang luar akan melihat setiap individu masyarakat penutur bahasa tersebut sebagai bagian yang mewakili keaeluruhan sifat unik tadi, yang membedakannya dengan masyarakat di luar mereka.
Dan ketika menyusun atau menganalisis buku ajar, hendaklah penulisnya menjelaskan konteks budaya yang terkandung dalam buku tersebut, batasan-batasan yang membedakan antara budaya Islam dan budaya Arab  (secara umum), objektif terhadap tema-tema kebudayaan ideologi Islam, dan juga memperhatikan tingkat dan kemampuan peserta didik, serta latar belakang budaya asli mereka.
Budaya juga mesti disesuaikan dengan prioritas peserta didik. Dalm suatu penelitian yang dilakukan Fathi Yunus tahun 1979, dimana diantara tujuan penelitiannya adalah mengetahui sikap orang dan tempat-tempat yang ingin dikunjungi Negara-negara Arab, dimana dalam penelitian tersebut terungkap bahwa yang dibutuhkan para pelajar adalah :
a)      Data diri
b)      Tempat tinggal/penginapan
c)      Teguran/sapaan
d)     Pekerjaan
e)      Waktu luang
f)       Perjalanan jauh
g)      Pasar
h)      Rumah makan
i)        Keadaan sehat/sakit
j)        Bantuan
 Sedangkan tema-tema kebudayaan yang sering diminati para pelajar non-Arab untuk diketahui dan dipelajari, seperti terungkap dari hasil penelitian Thu’aimah yang mencapai sekitar 157 tema pilihan. Berikut urutan dengan skala prioritas :


1.      Makna islam dan rukun nya

مفهوم الاسلام واركانه

2.      Tema seputar Al-Qur’an (turunnya dan surah-surahnya)

حول القران الكريم (نزوله وسوره)


3.      Hadist Nabi (definisi, kodifikasi, dan posisi nya dalam hukum islam)

السنة النبوية (تعريفها, تدوينها,مكانتها في الاسلام)

4.      Sejarah hidup Nabi Muhammad SAW

سيرة النبي صلعم

5.      Kisah para Nabi

قصص الانبياء

6.      Sumber-sumber tasyri’ Islam

مصادر التشرييع الاسلام

7.      Korelasi antar bahasa Arab dan Islam

العلاقة بين الغة العربية والسلام

8.      Hak-hak suami istri dalam Islam

حقوق الزوج والزوجة في الاسلام

Dan tema lainnya yang mencapai 175 tema, hal mana perlu menjadi perhatian ketika menyusun buku ajar bahasa Arab bagi non-Arab dalam kaitannya dengan aspek budaya.
Buku ajar adalah wadah yang berisikan budaya. Buku ditulis dengan lambing-lambang(huruf), dari lambing terbentuk kata, lalu kalimat, dan kemudian pikiran/paragraph. Rangkaian kalimat yang membentuk paragraph tersebut,pada hakikatnya adalah ungkapan mengenai budaya itu sendiri. Contoh : ketika kita menulis satu tema mengenai Kota Riyadh, ibu kota Saudi Arabiya, misalnya, bukankah tema yang kita angkat berbicara mengenai aspek budaya kota tersebut,tentang adat dan kebiasaan individu dan masyarakatnya ? karena itu menulis tentang tema apa aja secara otomatis sudah bersentuhan dengan aspek budaya yang terungkap melalui apa yang ditulis, salah satunya adalah cara pandang, dan cara pandang merupakan bagian dari budaya.
Oleh karena itu, ketika mengembangkan buku ajar bahasa Arab, maka unsur sosial-budaya baik Arab dan Islam sudah harus terkandung di dalamnya, hal ini dapat dilakukan melalui teks bacaan. Jika membahas tentang ‘Makkah al-Mukarramah’ misalnya, maka di dalam teks tersebut dapat dibahas tentang tradisi masyarakatnya, kebudayaannya, agama dan kepercayaannya dan lain sebagainya.


d.      Hal-hal yang menjadi perhatian ketika mempersiapkan aspek budaya sebagai salah satu pilar menyusun buku ajar Bahasa Arab bagi non-Arab.

Ketika menyusun buku Ajar Bahasa Arab bagi non-Arab, seyoginya memiliki karakter sosial dan budaya Islam, dalam arti buku ajar yang disusun mencerminkan bahasa dan budaya Islam melalui hal berikut ini :
1.      Cakupannya mengandung (nilai-nilai) Arab dan Islam, dengan memilih tema-tema yang membahas berbagai aspek dimaksud dalam bentuk yang sesungguhnya, bukan dalam bentuk yang telah di distorsi. Dalam bentuk yang telah disederhanakan agar hakikat islaam sesungguhnya dapat dengan mudah dipahami dan dicerna siswa.
2.      Mencakup unsur-unsur budaya materi dan non-materi, sesuai dengan tujuab para pelajar non-Arab.
3.      Perlunya mempertimbangkan warisan Arab dan kekhasannya yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, memuliakan ilmu dan ulama. Warisan Arab dimaksud bukanlah bahasa Arab itu sendiri dengan ungkapan-ungkapannya yang kaya, akan tetapi aspek-aspek budaya  yang memperkaya pengetahuan para pelajar non-Arab, memberi mereka  gambaran tentang hakikat dan asal-usul kebudayaan Arab.
4.      Memilih (tema-tema) budaya yang berkaitan langsung dengan kebutuhan dan perhatian para pelajar dalam mendalami bahasa Arab, karena cakupan budaya sangatlah luas, beragam dan bercabang,tidak mungkin diberikan keseluruhannya kepada pelajar non-Arab, karena itu, perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka.
5.      Penyajian yang bersifat gradual, dari yang konkrit(محسوس)  ke yang abstrak(معنوي) , dari yang sederhana ke yang lebih rumit, dari yang parsial ke yang umum.
6.      Konsisten terhadap kebudayaan Islam guna memperbaiki kesalahan persepsi dikalangan para pelajar asing, dan meluruskan pandangan-pandangan apriori dan negative, jika ada.
7.      Mempertimbangkan perubahan-perubahan budaya dan sosial yang terjadi pada budaya kita, hal ini menuntut metodologi yang ealitis dan realistis, dimana tema-tema yang di angkat dapat dikondisikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi ditengan masyarakat islam.
8.      Mengetengahkan gambaran umum dan khusus budaya, dalam arti buku ajar tidak hanya mencakup satu jenis budaya semata.
9.      Pelajar pu ya tujuan-tujuan mempelajari bahasa dan budaya Arab, begitu pula orang arab punya tujuan menyebarkan bahasa dan budaya mereka, karena itu, sedapat mungkin buku ajar mampu mengakomodasi dan menjembatani kepentingan-kepentingan dua belah pihak.
10.  Membekali para pelajar dengan ideologi dan cara pandang Islami dan ilmiah, seperti terbebas dari bentuk takhayul dan khurafat, menumbuhkan wawasan berpikir yang luas dan mendalam.
11.  Menghormati eksistensi budaya orang lain, dan tidak melecehkan atau meremehkannya.
12.  Menyajikan aspek budaya dengan mempertimbangkan umur dan tingkat berfikir siswa.
13.  Membantu pelajar dalam proses pembentukan/asimilasi sosial, dimana seseorang beradaptasi dengan budaya Arab (Muslim), lebih-lebih bagi bagi pelajar yang tinggal langsung dinegara-negara Arab, mempelajari bahasa Arab dari penutur aslinya, karena kemampuan berinteraksi dengan penutur asli tidak hanya bersandar pada penguasaan kemahiran berbahasa, namun juga dengan memahami budaya mereka. Karena itu, dengan memperhatikan aspek budaya, akan dapat membantu pelajar beradaptasi dan berinteraksi dengan penutur asli bahasa tersebut.


Kesimpulan
 Budaya adalah pemikiran, tuntunan hidup, keyakinan, ideology, adat kebiasaan yang ditentukan dalam suatu komunitas masyarakat, dengan kata lain, budaya adalah segala hasil kreasi manusia berupa hasil olah tenaga dan pikiran.
Ciri-ciri Budaya ialah : Dapat dipelajari, Ciri Khas Manusia, Berubah Secara Simultan.
Ketika menyusun atau menganalisis buku ajar, hendaklah penulisnya menjelaskan konteks budaya yang terkandung dalam buku tersebut, batasan-batasan yang membedakan antara budaya Islam dan budaya Arab  (secara umum), objektif terhadap tema-tema kebudayaan ideologi Islam, dan juga memperhatikan tingkat dan kemampuan peserta didik, serta latar belakang budaya asli mereka.



Daftar Pustaka
Abdul Majid, 2008. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/07/asas-pengembangan-bahan-ajar.html
http://pegiatbahasaarab.blogspot.com/2014/12/penyusunan-bahan-ajar-bahasa-arab.html
Husain,Sudi Yahya.Sahrani.Syam’iyah ,2012.Menyusun Buku Ajar Bahasa Arab.Padang:Akademia Permata.






Comments

Popular posts from this blog

Contoh Soal Fiqih - BAB Diat

MAKALAH LENGKAP - SYADUZ DZARI’AH - DILALAH AL- IQTIRAN

MAKALH LENGKAP USHUL FIQIH- AMAR DAN NAHI- ‘AM DAN KHAS - MUTLAQ DAN MUQAYYAD - MANTUQ DAN MAFHUM - MUJMAL DAN MUBAYYAN - MURADIF DAN MUSYTARAK - NASIKH DAN MANSUKH