Pendidikan Holistik Upaya Meningkatkan Perkembangan Pendidikan Agama Islam

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah ciptaan Allah swt. yang tertinggi dan sempurna. Manusia diciptakan sebagai makhluk individu dan sosial. Manusia dalam menjalani kehidupan tidak terlepas dari lingkungan dan tidak dapat hidup menyendiri tanpa bantuan orang lain. Pada hakekatnya pada diri manusia terdapat hasrat yang mendorong untuk hidup bermasyarakat, yakni hasrat mempertahankan diri, berjuang, harga diri, bergaul, kebebasan dan tolong menolong.
Pendidikan Islam berkonsentrasi membangun masyarakat melalui berbagai jaringan kelembagaan. Salah satunya pendidikan Islam yang bercorak modern sesuai dengan perkembangan keummatan. Tujuannya untuk mencerdaskan masyarakat Islam. Sejak awal pendidikan Islam sebagai salah satu media untuk mencapai tujuan kebenaran berdasarkan
Alquran dan Sunnah sebagai usaha mengatasi perbuatan menyimpang dalam kehidupan umat dengan tidak mendasarkan dirinya pada madzhab pemikiran tertentu. Sesuai dengan Undang undang No. 20 tahun 2003 pendekatan pendidikan Islam dalam pembentukan karakter manusia sangat penting sehingga potensi yang dimiliki peserta didik dalam berbagai kegiatan belajar dapat tercapai dalam kondisi lingkungan yang enak, nyaman dan senang. Selain itu, kurikulum neurosainsjuga penanaman nilai yang membentuk budi pekerti, nilai seni, nilai budaya, kecerdasan, keterampilan.
Semua hasrat tersebut manjadikan manusia selalu ingin hidup ditengah-tengah masyarakat dalam usaha untuk memenuhi segala kebutuhannya. Terkait dengan hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, agaknya paling penting adalah wujud ideal dari reaksi yang ditimbulkan sebagai akibat dari hubunganhubungan tadi. Adanya reaksi tersebutlah yang menyebabkan tindakan sesorang menjadi lebih luas dan lebih baik didalam memberikan reaksi tersebut, ada kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian dengan tindakantindakan orang lain
Berbicara masalah pendidikan tak pernah lelah untuk dipublikasikan, karena dengan pendidikan itulah yang dapat membangun bangsa yang terpuruk dibanding dengan bangsa-bangsa lain. Setiap orang wajib mengenyam pendidikan paling tidak pendidikan Sembilan tahun. Hal itu penting demi kepentingan dirinya, lingkungannya, terlebih-lebih untuk negaranya. Dikatakan demikian karena pada tahun 2020 akan terjadi globalisasi total. Untuk itulah setiap dari kita perlu mempersiapkan diri untuk perubahan tersebut.
Pendidikan tidak hanya ditekankan aspek kognitif saja, yang mana hanya mengandalkan kecerdasan otak kiri saja, tetapi perlu seimbang dengan aspek-aspek lainya, seperti afektif dan psikomotorik. Yang mana kesemuanya itu merupakan pendidikan yang terkait, tidak terkotak-kotak, yang terpadu dan menyeluruh (holistik). 


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidikan Holistik
Holistik diambil dari kata whole (menyeluruh) atau dari pandangan holisme (dari bahasa Yunani  holos, yang artinya semua, keseluruhan, total) yaitu suatu pandangan bahwa semuanya di sistem alam semesta ini (sistem fisik, biologis, kimia, sosial, ekonomi, mental, bahasa, dll) tidak bisa ditentukan atau dijelaskan secara bagian-bagian terpisah saja, tapi dijelaskan secara keseluruhan.
Menurut Dilthey, holistik adalah hubungan melingkar antara part (sebagian) dan whole (keseluruhan). Ia mendefenisikan holistik sebagai perputaran antara part (bagian) dan whole (keseluruhan) dalam memahami sesuatu. Part (bagian) bisa dipahami ketika direlasikan dengan part yang lain hingga membentuk totalitas atau whole (keseluruhan).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu diberikan awalan kata "me" sehinggan menjadi "mendidik" yangartinya memelihara dan memberi latihan. dalam memeliahara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran.
Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual.
Pendidikan holistik merupakan suatu upaya membangun secara utuh dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik yang mengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan Tuhan yang merupakan tujuan akhir dari semua kehidupan didunia.
Pendidikan holistik adalah cara memandang pendidikan yang menyeluruh bukan merupakan bagian-bagian yang parsial, terbatas, dan kaku. Pendidikan holistik menurut Jeremy Henzell-Thomas merupakan suatu upaya membangun secara utuh dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik yangmengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan Tuhan yang merupakan tujuanakhir dari semua kehidupan di  dunia
Pembentukan karakter harus dimulai dari membangun potensi nilai-nilai spritual, mengasah dan membangkitkan kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual yang sudah diberikan Tuhan sebagai fitrah manusia sejak lahir melalui pendidikan yang utuh dan menyeluruh (holistik).
Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru. Sebuah pembelajaran holistik hanya dapat dilakukan dengan baik apabila pembelajaran yang akan dilakukan bersifat alami, natural, nyata, dekat dengan diri anak, dan guru yang melaksanakannya memiliki pemahaman konsep pembelajaran terpadu dengan baik. Selain itu, juga dibutuhkan kreativitas dan bahan-bahan atau sumber yang kaya serta pengalaman guru dalam membuat model-model pembelajaran yang tematis sehingga terasa kebermaknaan dalam pembelajarannya.
Secara khusus proses pendidikan holistik harus mampu mempersiapkan para siswa untuk mendapatkan tantangan kehidupan dan tantangan akademik. Dan untuk memelihara kesehatan, keutuhan, dan rasa ingin tahu siswa, dengan cara memaksimalkan potensi bawaan para siswa, mengembangkan keterampilan, nilai-nilai, dan semangat anak untuk belajar.
Lembaga pendidikan harus berupaya untuk menciptakan suatu aktivitas pengembangan secara keseluruhan, melalui penguasaan pengetahuan, penguasaan keterampilan dan pembentukan karakter. Para pendidik holistik hendaknya membantu anak-anak untuk menemukan bakat mereka sendiri, dan untuk mewujudkan potensi mereka secara utuh, menjamin kesetaraan belajar bagi semua siswa dan juga sangat penting untuk selalu menumbuhkan perasaan positif anak tentang dirinya, hubungan mereka dengan teman-teman sebaya , keluarga dan masyarakat.

B.    Tujuan pendidikan holistik
Dalam ranah pendidikan, pendidikan holistik merupakan suatu metode pendidikan yang membangun manusia secara keseluruhan dan utuh dengan mengembangkan semua potensi manusia yang mencakup potensi sosial-emosi, potensi intelektual, potensi moral atau karakter, kreatifitas, dan spiritual. Tujuan pendidikan holistic adalah untukmembentuk manusia holistik. Manusia holistik adalah manusia yang mampu mengembangkan seluruh potensiyang ada dalam dirinya. Potensi yang ada dalam diri manusia meliputipotensi akademik, potensi fisik, potensi sosial, potensi kreatif, potensi emosi dan potensi spiritual.Manusia yang mampu mengembangkan seluruh potensinya merupakan manusia yang holistik, yaitu manusia pembelajar sejati yang selalu menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah sistem kehidupan yang luas, sehingga selalu ingin memberikan kontribusi positif kepada lingkungan hidupnya.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya.
Pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai.
Pendidikan holistik membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demokratis dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri. Dalam arti, para siswa dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya. Oleh karena itu, upaya pendidikan holistik tidak lain adalah untuk membangun secara utuh dan seimbang pada setiap murid dalam seluruh aspek pembelajaran, yang mencakup spiritual, moral, imajinatif, intelektual, budaya, estetika, emosi dan fisik yang mengarahkan seluruh aspek-aspek tersebut ke arah pencapaian sebuah kesadaran tentang hubungannya dengan Tuhan yang merupakan tujuan akhir dari semua kehidupan di dunia.
Pendidikan holistik memperhitungkan berbagai faktor secara menyeluruh , bukan hanya melihat sebagian (partial) saja.
Contohnya untuk menangani banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau di pulau Jawa, orang harus melihat bahwa faktor utama adalah karena jumlah penduduk pulau Jawa sudah melampaui daya dukungnya sehingga usaha pelestarian lingkungan , dan normalisasi sungai sulit sekali dilakukan.
Pemecahanya harus melihat secara keseluruhan terkait juga dengan masalah lain, misalnya kemacetan lalu lintas dan menggunungnya sampah/polusi.

C.    Metode Pembelajaran Holistik
Pembelajaran holistik dapat dilaksanakan dengan 2 macam metode:
a.    Belajar melalui keseluruhan bagian otak: Bahan palajaran dipelajari dengan melibatkan sebanyak mungkin indera; juga melibatkan berbagai tingkatan keterlibatan, yaitu: indera, emosional, dan intelektual.
b.    Belajar melalui kecerdasan majemuk (multiple intelligences): Siswa mempelajari materi pelajaran dengan menggunakan jenis kecerdasan yang paling menonjol dalam dirnya.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan holistik berpijak pada tiga prinsip, yaitu:
a.    Connectedness
Connectedness adalah konsep interkoneksi yang berasal dari filosofi holisme yang kemudian berkembang menjadi konsep ekologi, fisika kuantumdan teori system
b.    Wholeness Keseluruhan
Wholeness bukan sekedar penjumlahan dari setiap bagiannya. Sistem wholeness bersifat dinamis sehingga tidak bisa dideduksi hanyadengan mempelajari setiap komponennya.
c.    Being Menjadi
Being adalah tentang merasakan sepenuhnya kekinian. Hal ini berkaitan dengan kedalaman jiwa, kebijaksanaan (wisdom) wawasan (insight), kejujuran, dan keotentikan.

D.    Pendidikan Holistik Dalam Al-Qur’an dan Undang-Undang
Paradigma Pendidikan Holistik,pendidikan holistik ini tentu dapat dipandang sejalan dengan pandangan dunia pendidikan Islam. Pandangan pendidikan Islam adalah:
a.    Manusia sebagai subjek dan objek pendidikan, yang pada intinya adalah makhluk yang paling sempurna dan istemewa (fi ahsani taqwim) yang sudah tentu tidak bisadisamakan dengan hewan dan makhluk lainnya.
Surah al-Tin(95):4



“Sesungguhnya telah Kami jadikan manusia itu dengan sebaik-baik bentuk”.

b.    Manusia diciptakan (mempunyai fitrah), sebagaimana dalam al-Qur’an ;




“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang luru; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
 Dalam mengembangkan potensi fitrahitu, manusia dipengaruhi oleh lingkungan. Sebagaimana juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw. bersabda,





“Setiap anak manusia dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya,Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhary).
c.    Manusia di samping memliki keunggulan sekaligus juga memiliki kelemahan-kelemahan, sebagaimana dalam al-Qur’an :


“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”
Berdasarkan kondisi manusia itulah, maka pendidikan berperan menguatkan atau mendidik segenap potensi yang dimiliki (secara holistik) (keunggulan) manusia sampai ia mampu mendidik dirinya sendiri (dewasa/mukallaf) sehingga penyelewengan dari fitrahnya akibat keterbatasan/kelemahannya itu dapat dihindari.
Arah pendidikan holistik ini juga sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, Bab II pasal 3 yang secara tegas dinyatakan bahwa pendidikan di Indonesia: “...berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak ... serta bertanggung jawab”. Pada bagian lain dinyatakan bahwa:
    Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
    Pendidikan diselenggarakan sebagai atu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
    Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dari berbagai gambaran tentang kondisidan berbagai persoalan yang dihadapi oleh paradigm Cartesian-Newtonian dewasa ini serta berbagai kondisi dan tuntutan saat ini, khususnya di dunia pendidikan, maka kehadiran dan pilihan pada paradigma holistik adalah merupakan sebuah keniscayaan.

E.    Ciri-ciri Kurikulum Pendidikan Holistik
Pendidikan model holistik sangat menekankan pendekatan pendidikan yang sangat manusiawi dan utuh. Model ini tidak sepihak atau tidak sepotong-sepotong; dari aspek otaknya saja, fisiknya saja, atau dari kerohaniannya saja, karena segala aspek fisik maupun kejiwaan saling berkaitan dan melengkapi. Dalam implementasinya, spiritualitas dapat dipadukan secara sinergis dengan religiusitas secara holistik tanpa perlu mereduksi universalitas dan transendensi dari spiritualitas itu sendiri. Ciri-ciri kurikulum dari pendidikan holistik adalah sebagai berikut;
1.    Pembelajaran diarahkan agar siswa menyadari akan keunikan dirinya dengan segala potensinya. Merekaharus diajak untuk berhubungan dengan dirinya yang paling dalam (inner self), sehingga memahami eksistensi, otoritas, tapi sekaligus bergantung sepenuhnya kepada pencipta-Nya.
2.    Pembelajaran tidak hanya mengembangkan cara berpikir analitis/linier tapi juga intuitif.
3.    Pembelajaran berkewajibanmenumbuh-kembangkan potensi kecerdasan jamak (multiple intelligences).
4.    Pembelajaran berkewajiban menyadarkan siswa tentang keterkaitannya dengan komunitasnya, sehingga mereka tak boleh mengabaikan tradisi, budaya, kerjasama, hubungan manusiawi, serta pemenuhan kebutuhan yang tepat guna (jawa: nrimo ing pandum ; anti konsumerisme).
5.    Pembelajaran berkewajiban mengajak siswa untuk menyadari hubungannya dengan bumi dan "masyarakat" non manusia seperti hewan, tumbuhan, dan benda benda tak bernyawa (air, udara, tanah) sehingga mereka memiliki kesadaran ekologis.
6.    Kurikulum berkewajiban memperhatikan hubungan antara berbagai pokok bahasan dalam tingkatan trans-disipliner, sehingga hal itu akan lebih memberi makna kepada siswa.
7.    Pembelajaran berkewajiban menghantarkan siswa untuk menyeimbangkan antara belajar individual dengan kelompok (kooperatif, kolaboratif, antara isi dengan proses, antara pengetahuan dengan imajinasi, antara rasional dengan intuisi, antara kuantitatif engan kualitatif.
8.    Pembelajaran adalah sesuatu yang tumbuh, menemukan, dan memperluas cakrawala.
9.    Pembelajaran adalah sebuah proses kreatif dan artistik. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan padabagaimana mengajar dan bagaimana
F.    Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Holistik
1.    Metode belajar yang mengakibatkan partisipasi aktif murid, untuk dapat meningkatkanmotivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibar secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkrit, bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya. (Student Active Learning, contextual learning, Anquiry-Ased Learning)
2.    Memberikan pendidikan karakter secara ekspilit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowling the good, dan acting the good.
3.    Metode pengajaran yang memperhatiakan keunikan masing-masing anak yaitu menetapkan kurikulum yang melibatkan 9 aspek kecerdasan manusia.
Seluruh pendekatan diatas menerapkan prinsip-prinsip Developmentally Appropriate Practices Model.
Aplikasi pendekatan holistik menurut Woofolk, A( 1993 ) dalam pembelajaran di sekolah adalah sebagai berikut :
    Pertama, wawasan pengetahuan yang mendalam ( insight ) yaitu bahwa wawasan memegang peranan penting dalam perilaku.
    Kedua Pembelajaran yang bermakna ( meaning ful learning ) yaitu kebermaknaan unsur – unsur yang terkait dalam suatu objek atau peristiwa akan menunjanng pembentukan insight dalam proses pembelajaran.
    Ketiga, perilaku bertujuan ( purposive behavior ) yaitu bahwa hakikatnya perilaku itu terarah pada suatu tujuan.
    Keempat, prinsip ruang hidup ( life space ) menyatakan bahwa perilaku individu mempunyai keterkaitan  dengan lingkungan atau medan dimana ia berada. Prinsip ini mengaplikasikan adanya padanan dan akitan antara proses pembelajaran dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungan . kelima, transfer dalam pembelajaran yaitu pemindahan pola-pola perilaku dari suatu situasi pembelajaran tertentu kepada situaasi lain. Transfer akan terjadi apabila anak menangkap prinsip – prinsip pokok dari suatu masalah dan memnemukan generalisasi kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.
 Untuk dapat menampakkan keberadaan bahwa belajar adalah sebagai proses terpadu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1.    Pembelajan dapat berfungsi secara penuh untuk membantu perkembangan individu anak
2.    Pembelajaran sebagai aktivitas membelajarkan anak untuk memperoleh pengalaman menempatkan anak sebagai pusat segala – galanya
3.    Pembelajaran lebih menuntut kepada terciptanya suatu aktivitas yang memungkinkan ketrlibatan anak secara aktif dan intensif
4.    Pembelajaran menempatkan individu pada posisi yang terhormat dalam suasana kebersamaan di dalam penyelesaian persoalan yang dihadapinya
5.    Pembelajaran sebagi proses terpadu harus mendorong dan menfasilitasi anak untuk terus-menerus belajar
6.    Pembelajaran berperan secara efektif tidak hanya menyangkut sarana fisik, melainkan juga suasana belajar yang kondusif bagi pengembangan semua aspek individu
7.    Pembelajaran sebagi proses terpadu memungkinkan pembelajaran bidang studi tidak harus terpisah, melainkan dilaksanakan secara terpadu
8.    Pembelajaran terpadu memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan keluarga karena penentu dalam belajar mengajar guru sangat berperan aktif,penjelasan guru di kelas sehingga murid mudah menerima dan pahan sangatlah utama,





BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pembelajaran holistik (holistic learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan. Dalam pembelajaran holistik, diterapkan prinsip bahwa siswa akan belajar lebih efektif jika semua aspek pribadinya (pikiran, tubuh dan jiwa) dilibatkan dalam pengalaman siswa.
Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama lebih utama dari pada kompetisi.
Gagasan pendidikan holistik telah mendorong terbentuknya model-model pendidikan alternatif, yang mungkin dalam penyelenggaraannya sangat jauh berbeda dengan pendidikan pada umumnya, salah satunya adalah homeschooling, yang saat ini sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar.
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
•    Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.
•    Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
•    Kerjasama membantu proses belajar.
•    Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
•    Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
•    Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
•    Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Daftar Pustaka

http://digilib.uinsby.ac.id/9622/6/bab3.pdf
http://www.scribd.com/doc/54930846/Pengertian-Holistik#scribd
http://seputarpendidikan003.blogspot.co.id/2013/06/definisi-pendidikan-holistik.html
http://kebaikanuntuksemua.blogspot.co.id/2012/04/pendekatan-pembelajaran-holistik.html

Comments

Popular posts from this blog

Contoh Soal Fiqih - BAB Diat

MAKALAH LENGKAP - SYADUZ DZARI’AH - DILALAH AL- IQTIRAN

MAKALH LENGKAP USHUL FIQIH- AMAR DAN NAHI- ‘AM DAN KHAS - MUTLAQ DAN MUQAYYAD - MANTUQ DAN MAFHUM - MUJMAL DAN MUBAYYAN - MURADIF DAN MUSYTARAK - NASIKH DAN MANSUKH